SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun Masih terus mau belajar

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Cinta Kamu, Suamiku(3)

Aku Cinta Kamu, Suamiku(3)

Tantangan hari ke 164 (2022)

Aku menghampirinya, bau harum masakkannya membuat aku berselera, padahal sudah 2 hari ini aku tidak makan, entahlah seperti ada yang tidak beres dengan badanku ini. Dengan takut aku mendekatinya, ingin menyapa tapi aku takut.

“Sudah bangun, masih pusing?” tiba – tiba saja Bang Is berbalik dan memandangku dengan tangan memegang sudip ditangannya.

“Mukanya kenapa?” ucapnya lagi

Aku memegang wajahku dengan kedua tanganku, bukan mukaku yang bermasalah tapi jantungku yang takut bang Is marah lagi seperti beberapa hari ini sering terjadi.

Bang Is berjalan menuju kearahku, menarik kepalaku. Mendaratkan ciuman dipucuk kepalaku dan kembali lagi ke pengorengan yang tadi ditinggalkannya sebentar. Aku terpana dengan yang dilakukannya.

“Duduk, jangan terlalu lama berdiri nanti pitam lagi.” ujarnya lembut.

Bagaikan tersihir aku mengikuti perintahnya, duduk manis di depan meja makan. Aku memperhatikan semua gerak – gerik Bang Is. Tara, akhirnya dimeja makan sudah terhidang nasi goreng kampung, telor dadar, telur mata sapi, irisan tomat dan timun. Juga ada tempe tahu yang digoreng pakai tepung. Segelas susu serta satu cangkir kopi pahit, aku mengenyitkan dahiku siapa yang minum susu, pikirku.

Bang Is mengeser kursi didepanku, duduk dan melihat tepat ke wajahku.

“Tidak lapar.? Tanyanya

Aku memandang ke arah Bang Is,

“Susunya buat siapa.? Tanyaku lugu

“Buat Ais.” Jawabnya sambil tersenyum penuh makna

“Sejak kapan Ais harus minum susu?” Tanyaku kepadanya

“Sejak hari ini? Jawabnya masih dengan senyum yang menghiasi bibirnya

“Abang tidak sakitkan?” Tanyaku bingung.

“Tidak ada yang sakit di antara kita berdua.” Sambil berkata itu Bang Is berdiri dan berjalan menuju arah tempat dudukku. Mengelus pucuk kepalaku dan kemudian mengecupnya lembut.

“Terima kasih.” Ucapnya sambil membelai wajahku

Aku mendongakkan kepalaku memandang Bang Is

“Ais yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Abang tidak marah dengan Ais.” Ucapku takut – takut.

Tantangan hari ke 164 (2022)

Aku menghampirinya, bau harum masakkannya membuat aku berselera, padahal sudah 2 hari ini aku tidak makan, entahlah seperti ada yang tidak beres dengan badanku ini. Dengan takut aku mendekatinya, ingin menyapa tapi aku takut.

“Sudah bangun, masih pusing?” tiba – tiba saja Bang Is berbalik dan memandangku dengan tangan memegang sudip ditangannya.

“Mukanya kenapa?” ucapnya lagi

Aku memegang wajahku dengan kedua tanganku, bukan mukaku yang bermasalah tapi jantungku yang takut bang Is marah lagi seperti beberapa hari ini sering terjadi.

Bang Is berjalan menuju kearahku, menarik kepalaku. Mendaratkan ciuman dipucuk kepalaku dan kembali lagi ke pengorengan yang tadi ditinggalkannya sebentar. Aku terpana dengan yang dilakukannya.

“Duduk, jangan terlalu lama berdiri nanti pitam lagi.” ujarnya lembut.

Bagaikan tersihir aku mengikuti perintahnya, duduk manis di depan meja makan. Aku memperhatikan semua gerak – gerik Bang Is. Tara, akhirnya dimeja makan sudah terhidang nasi goreng kampung, telor dadar, telur mata sapi, irisan tomat dan timun. Juga ada tempe tahu yang digoreng pakai tepung. Segelas susu serta satu cangkir kopi pahit, aku mengenyitkan dahiku siapa yang minum susu, pikirku.

Bang Is mengeser kursi didepanku, duduk dan melihat tepat ke wajahku.

“Tidak lapar.? Tanyanya

Aku memandang ke arah Bang Is,

“Susunya buat siapa.? Tanyaku lugu

“Buat Ais.” Jawabnya sambil tersenyum penuh makna

“Sejak kapan Ais harus minum susu?” Tanyaku kepadanya

“Sejak hari ini? Jawabnya masih dengan senyum yang menghiasi bibirnya

“Abang tidak sakitkan?” Tanyaku bingung.

“Tidak ada yang sakit di antara kita berdua.” Sambil berkata itu Bang Is berdiri dan berjalan menuju arah tempat dudukku. Mengelus pucuk kepalaku dan kemudian mengecupnya lembut.

“Terima kasih.” Ucapnya sambil membelai wajahku

Aku mendongakkan kepalaku memandang Bang Is

“Ais yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Abang tidak marah dengan Ais.” Ucapku takut – takut.

Aku melihat wajah Bang Is masih tersenyum dan netranya berbinar

“Sebentar lagi Ais akan jadi Ibu dan Abang menjadi Ayah.” Ucapnya membuatku terkejut.

Ah ternyata selama beberapa pekan ini, Bang Is yang mengidam sementera aku yang hamil. Aku tertawa dalam hati. Aku memeluk pingang Bang Is, sambil berucap dalam hati

“Aku cinta Kamu, Suamiku.” Setetes airmata menetes disudut mataku. Dengan cepat Bang Is menghapusnya sekarang giliran mataku yang mendapat ciuman penuh cinta dari Bang Is.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post